KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI PADA PERUSAHAAN COSTCO WHOLESALE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan produktivitas karyawannya agar
dapat bertahan, berkembang serta memiliki kepercayaan yang tinggi dari pihak luar
perusahaan. Demi meningkatkan produktivitas karyawan, maka sering dilakukan
pembenahan dan peningkatan sumber daya manusia dari karyawan.
Di era globalisasi dan perekonomian dunia yang pro pasar bebas (free market)
dewasa ini, mulai tampak semakin jelas bahwa peranan non-human capital di dalam
sistem perekonomian cenderung semakin berkurang. Para stakeholder yang bekerja
di dalam sistem perekonomian semakin yakin bahwa modal tidak hanya berwujud
alat-alat produksi seperti tanah, pabrik, alat-alat, dan mesin-mesin, akan tetapi juga
berupa human capital. Sistem perekonomian dewasa ini mulai didominasi oleh
peranan human capital, yaitu ‘pengetahuan’ dan ‘ketrampilan’ manusia.
Namun seringkali kegiatan peningkatan sumber daya manusia dari karyawan tidak
mencapai hal yang diharapkan yaitu tercapainya tujuan dari organisasi perusahaan
tersebut seperti peningkatan produktivitas kerja karyawan. Meskipun telah memiliki
sumber daya yang berkualitas, karyawan belum tentu dapat memberikan hasil kerja
yang baik bagi organisasi perusahaan apabila mereka masih berada dalam belenggu
budaya kerja yang kurang mendukung dan tidak kondusif. Karyawan akan larut
dalam budaya organisasi perusahaan yang tidak mendukung terhadap tujuan
organisasi perusahaan yaitu melenceng dari nilai-nilai organisasi perusahaan.
Produktivitas karyawan ditentukan oleh keberhasilan budaya organisasi perusahaan
(corporate culture) yang dimilikinya. Keberhasilan mengelola organisasi tidak lagi
hanya ditentukan oleh keberhasilan prinsip-prinsip manajemen seperti planning,
organizing, leading, controlling; akan tetapi ada faktor lain yang lebih menentukan
keberhasilan peusahaan mencapai tujuannya. Faktor tersebut adalah budaya
organisasi perusahaan (corporate culture). Budaya organisasi perusahaan dapat
membantu penerapan manajemen dengan baik.
5
Budaya perusahaan secara realistis mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
Kesadaran pemimpin perusahaan ataupun karyawan terhadap pengaruh budaya
organisasi perusahaan dapat memberikan semangat yang kuat untuk
mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi perusahaan
tersebut yang merupakan daya dorong yang kuat untuk kemajuan organisasi
perusahaan. Budaya organisasi perusahaan(corporate culture) yang kuat akan
menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab yang besar dalam diri karyawan
sehingga mampu memotivasi untuk menampilkan kinerja yang paling memuaskan,
mencapai tujuan yang lebih baik, dan pada gilirannya akan memotivasi seluruh
anggotanya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Misi dan filosofi perusahaan merupakan elemen kunci untuk membentuk dan
menimbulkan budaya perusahaan. Misi perusahaan merupakan penjabaran dari
filosofi perusahaan yang biasanya ditetapkan oleh pendiri perusahaan. Misi
perusahaan mencakup maksud, tujuan, dan ruang lingkup kegiatan usaha suatu
perusahaan, dan merupakan landasan dasar perusahaan yang tercantum dalam
anggaran dasar pendirian perusahaan. Filosofi perusahaan, apabila disadari dan
dihayati oleh seluruh sumber daya manusia(SDM) dalam perusahaan, akan memberi
semangat dan kekuatan yang memberdayakan sumber daya manusia(SDM) untuk
mewujudkan misi perusahaan melalui kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, filosofi
perusahaan perlu ditegaskan agar seluruh sumber daya manusia(SDM) dalam
perusahaan menghayati dan menjiwai dan menjadi acuan dalam segala tindak dan
perilaku dalam operasi perusahaan.
6
1.2 Rumusan Masalah
Dalam melaksanakan penlitian ini dapat dirumuskan :
a. Apa arti budaya organisasi dan kepemimpinan?
b. Apa saja tipe budaya organisasi?
c. Bagaimana membentuk budaya organisasi yang kuat?
d. Bagaimana budaya organisasi dan kepemimpinan di perusahaan Costco
Wholesale?
e. Bagaimana pengaruh penerapan budaya organisasi pada kinerja
perusahaan Costco?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Dalam rangka penyelesaian tugas makalah Ilmu Budaya Dasar,
b. Memberikan informasi mengenai teori budaya organisasi dan
kepemimpinan,
c. Memberikan Analisa dan pembahasan mengenai budaya organisasi dan
kepemimpinan pada perusahaan Costco Wholesale dan pengaruhnya
pada kinerja perusahaan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepemimpinan suatu perusahaan
2.1.1 Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hal yang sangat penting dalam kinerja suatu perusahaan,
tanpa adanya pemimpin para karyawan tidak akan dapat bekerja dengan baik, karena
fungsi pemimpin di sini diperlukan untuk mempengaruhi, memotivasi karyawan dan
ikut serta dalam proses pengambilan keputusan.
Definisi kepimimpinan secara luas menurut Robbins (2002) yaitu sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.
Menurut Siagian (1995) kepemimpinan merupakan keterampilan dan kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung,
maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakan orang-orang tersebut
agar dengan penuh pengertian dan kesadaran bersedia mengikuti kehendak-
kehendak pemimpin tersebut.
Menurut Stoner, et al (1995) kepemimpinan didefinisikan sebagai proses
pengarahan dan memepengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para
anggota kelompok. Berdasarkan uraian tentang definisi kepemimpinan di atas,
menurut Nitisemito, 2001 (dalam Marcian, 2008) dapat disimpulkan bahwa unsur
kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan akibat pengaruh
itu bagi orang yang hendak dipengaruhi. Kemampuan mempengaruhi adalah yang
dominan dari kepemimpinan, dan keberhasilan seorang pemimpin adalah bagaimana
ia bisa memotivasi dan menginspirasi orang lain seperti para karyawannya.
Efektifitas kepemimpinan biasanya dipertimbangkan dari segi tercapainya suatu
tujuan. Orang memandang kepemimpinan itu efektif atau tidak efektif dari segi
kepuasan yang diperoleh dari pengalaman pekerjaan seluruhnya. Penerimaan dari
pengarahan atau perintah seorang pemimpin sebagian besar tergantung dari harapan
8
para bawahannya, apabila mereka menanggapinya secara baik, maka akan
mendapatkan hasil yang menarik. Pemimpin yang baik harus memiliki empat
macam kualitas yaitu kejujuran, pandangan ke depan, mengilhami pengikutnya, dan
kompeten. Pemimpin yang tidak jujur tidak akan dipercaya dan akhirnya tidak
mendapat dukungan dari pengikutnya. Pemimpin yang memiliki pandangan ke
depan adalah pemimpin yang memiliki tujuan kedepan lebih baik. Pemimpin yang
baik juga harus mampu mengilhami pengikutnya dengan penuh antusiasme dan
optimisme.
Pemimpin yang baik juga harus memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas
secara efektif, mengerti kekuatannya, dan menjadi pembelajar terus-menerus
(Tampubolon, 2007). Selain itu, pemimpin yang efektif adalah yang bersikap luwes,
sadar mengenai diri, kelompok, dan situasi, memberi tahu bawahan tentang setiap
persoalan dan bagaimana pemimpin pandai dan bijak menggunakan wewenangnya,
mahir menggunakan pengawasan umum dimana bawahan tersebut mampu
menyelesaikan pekerjaan dalam batas waktu yang ditentukan, selalu ingat masalah
mendesak, baik keefektifan jangka panjang secara individual maupun kelompok
sebelum bertindak, memastikan bahwa keputuan yang dibuat sesuai dan tepat waktu
baik secara individu maupun kelompok, selalu mudah ditemukan bila bawahan ingin
membicarakan masalah dan pemimpin menunjukan minat dalam setiap gagasannya,
menepati janji yang diberikan kepada bawahan, cepat menangani keluhan, dan
memberikan jawaban secara sungguh-sungguh dan tidak berbelit-belit serta
memberikan petunjuk dan jalan keluar tentang metode/mekanisme pekerjaan dengan
cukup, meningkatkan keamanan dan menghindari kesalahan seminimal mungkin.
9
2.1.2 Beberapa Teori Kepemimpinan
Robbins (1996) membagi teori mengenai kepemimpinan ke dalam empat kategori,
yaitu:
1. Teori Ciri Kepemimpinan (The Leadership Characteristic theory)
Teori Ciri Kepemimpinan adalah teori yang mencari ciri kepribadian, sosial,
fisik, atau intelektual yang memperbedakan pemimpin dan yang bukan
pemimpin. Dalam teori ini diidentifikasikan ciri-ciri yang dikaitkan secara
konsisten dengan kepemimpinan yaitu enam ciri yang cenderung membedakan
pemimpin dari bukan pemimpin adalah ambisi dan energi, hasrat untuk
memimpin, kejujuran dan integritas (keutuhan), percaya diri, kecerdasan, dan
pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan
2. Teori Perilaku Kepemimpinan (Behavioral Theories of Leadership)
Teori Perilaku Kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa
perilaku spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Adapun teori-
teori yang termasuk ke dalam Teori Perilaku Kepemimpinan adalah:
a. Studi-studi Kepemimpinan Ohio State
Menurut Yukl (1994) kuesioner penelitian tentang perilaku kepemimpinan
yang efektif telah didominasi oleh pengaruh kepemimpinan dari Ohio State
University. Sebuah sasaran utama untuk mengidentifikasi perilaku
kepemimpinan yang efektif. Analisis faktor dari jawaban kuesioner
memberi indikasi bahwa para bawahan memandang perilaku atasannya
pertama-tama dalam kaitannya dengan dua dimensi atau kategori arti dari
perilaku, yang disebut sebagai “consideration” dan “initiating structure”.
Consideration adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak
dengan cara ramah dan mendukung, memperlihatkan perhatian terhadap
bawahan, dan memperhatikan kesejahteraan mereka. Contohnya
melakukan kebaikan kepada bawahan, mempunyai waktu untuk
mendengarkan masalah para bawahan, mendukung atau berjuang untuk
10
seorang bawahan, berkonsultasi dengan bawahan mengenai hal yang
penting sebelum dilaksanakan, bersedia untuk menerima saran dari
bawahan, dan memperlakukan bawahan sebagai sesamanya.
Initiating structure adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin
menentukan dan menstruktur perannya sendiri dan peran dari para
bawahan kearah pencapaian tujuan-tujuan formal kelompok. Contohnya
termasuk memberi kritik kepada pekerjaan yang jelek, menekankan
pentingnya memenuhi batas waktu, menugaskan bawahan,
mempertahankan standar-standar kinerja tertentu, meminta bawahan untuk
mengikuti prosedur-prosedur standar, menawarkan pendekatan baru
terhadap masalah, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan, dan
memastikan bahwa bawahan bekerja sesuai dengan batas kemampuannya.
b. Telaah Universitas Michigan
Telaah kepemimpinan yang dilakukan pada Pusat Survei dan Survei
Universitas Michigan mempunyai riset yang serupa dengan riset yang
dilakukan di Ohio yaitu melokasi karakteristik perilaku pemimpin yang
tampaknya dikaitkan dengan ukuran keefektifan kinerja. Kelompok
Michigan juga membagi perilaku pemimpin ke dalam dua dimensi yaitu
pemimpin berorientasi karyawan dan pemimpin berorientasi produksi.
Pemimpin yang berorientasi karyawan (employee oriented leader)
menekankan pada hubungan antar pribadi, memberikan perhatian pribadi
terhadap kebutuhan karyawan dam menerima perbedaan individual di
antara para anggota.
Sebaliknya pemimpin yang berorientasi produksi (production oriented
leader) cenderung menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan
tertentu, perhatian utama mereka adalah pada penyelesaian tugas kelompok
mereka, dan anggota-anggota kelompok adalah suatu alat untuk tujuan
akhir itu.
11
c. Kisi-kisi Manajerial Blake & Mouton dan Studi Skandinavia
Suatu penggambaran grafis dari pandangan dua dimensi terhadap gaya
kepemimpinan dikembangkan oleh Blake dan Mouton. Mereka
mengemukakan Kisi Manajerial berdasarkan gaya “kepedulian akan
orang” dan “kepedulian akan produksi”, yang pada hakikatnya mewakili
dimensi pertimbangan dan struktur prakarsa dari Ohio atau dimensi
berorientasi karyawan dan berorientasi produksi dari Michigan. Kisi
manajerial itu sendiri merupakan suatu matriks sembilan kali sembilan
yang menggembangkan delapan puluh satu gaya kepemimpinan yang
berlainan.
Berdasarkan penemuan-penemuan Blake dan Mouton, para manajer
berkinerja paling baik pada gaya 9,9 dimana perhatiannya pada produksi
tinggi tetapi perhatiannya pada karyawan juga tinggi, jika dibandingkan
dengan gaya 9,1 (tipe otoritas) atau gaya 1,9 (tipe laissez-faire).
Studi skandinavia mengatakan premis dasar mereka adalah bahwa dalam
suatu dunia yang berubah, pemimpin yang efektif akan menampakkan
perilaku yang berorientasi pengembangan (orients expansion). Mereka
adalah para pemimpin yang menghargai eksperimentasi, mencari gagasan
baru, serta membuat dan mengimplementasikan perubahan.
3. Teori Kontingensi (Contingency Theory)
Teori Kontingensi merupakan pendekatan kepemimpinan yang mendorong
pemimpin memahami perilakunya sendiri. Teori ini mengatakan bahwa
keefektifan sebuah kepemimpinan adalah fungsi dari berbagai aspek situasi
kepemimpinan (Ivancevich, Konopaske, Matteson, 2007). Adapun lima teori
yang termasuk ke dalam teori kontingensi adalah :
a. Model kontingensi Fiedler (Fiedler Contingency Model)
Mengemukakakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada
padanan yang tepat antara gaya si pemimpin sampai tingkat mana situasi
memberikan kendali dan pengaruh kepada si pemimpin. Fiedler
12
menciptakan instrument, yang disebutnya LPC (Least Preffered Co-
Worker) yang bermaksud mengukur apakah seseorang itu berorientasi
tugas atau hubungan. Kemudian setelah gaya kepemimpinan dasar
individu dinilai melalui LPC yang bermaksud mengukur apakah seseorang
itu berorientasi tugas ataukah hubungan, Fiedler mendefinisikan faktor-
faktor hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas dan kekuasaan jabatan
sebagai faktor situasi utama yang menentukan efekftivitas kepemimpinan.
b. Teori Situasional Hersey dan Blanchad
Merupakan suatu teori kemungkinan yang memusatkan perhatian pada
para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya
kepemimpinan yang tepat, yang menurut argument Hersey dan Blanchard
bersifat tergantung pada tingkat kesiapan atau kedewasaan para
pengikutnya. Tekanan pada pengikut dalam keefektifan kepemimpinan
mencerminkan kenyataan bahwa para pengikutlah yang menerima baik
atau menolak pemimpin. Tidak peduli apa yang dilakukan si pemimpin itu,
keefektifan bergantung pada tindakan dari pengikutnya. Inilah dimensi
penting yang kurang ditekankan dalam kebanyakan teori kepemimpinan.
Istilah kesiapan, seperti didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard, merujuk
ke sejauh mana orang mempunyai kemampuan dan kesiapan untuk
menyelesaikan suatu tugas tertentu.
c. Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
Menurut teori ini para pemimpin menciptakan kelompok-dalam,
kelompok-luar, dan bawahan dengan status kelompok-dalam akan
mempunyai penilaian kinerja yang lebih tinggi, tingkat keluarnya
karyawan yang lebih rendah, dan kepuasan yang lebih besar bersama
atasan mereka. Hal pokok yang harus dicatat di sini adalah bahwa
walaupun pemimpinlah yang melakukan pemilihan, karakteristik
pengikutlah yang mendorong keputusan kategorisasi dari pemimpin.
13
d. Teori Jalur-Tujuan Robert House (House’s Path Goal Theory)
Merupakan teori bahwa perilaku seorang pemimpin dapat diterima baik
oleh bawahan sejauh sudut pandang mereka sebagai suatu sumber dari
kepuasan segera atau kepuasan masa depan. Hakikat teori ini adalah bahwa
merupakan tugas si pemimpin untuk membantu pengikutnya dalam
mencapai tujuan mereka dan untuk memberikan pengarahan yang perlu
dan / atau dukungan guna memastikan tujuan mereka sesuai dengan
sasaran keseluruhan dari kelompok atau organisasi.
e. Teori Model Partisipasi-Pemimpin Vroom dan Yetton
Merupakan suatu teori kepemimpinan yang memberikan seperangkat
aturan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan
partisipatif dalam situasi-situasi yang berlainan.
4. Teori Neo-Karismatik (Neocharismatic Theories)
Merupakan teori kepemimpinan yang menekankan simbolisme, daya tarik
emosional, dan komitmen pengikut yang luar biasa. Teori-teori yang termasuk
ke dalam teori ini adalah:
a. Teori Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership)
Teori Kepemimpinan Karismatik mengemukakan bahwa para pengikut
membuat atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang heroic atau luar
biasa. Kepemimpinan karismatik mungkin tidak selalu diperlukan untuk
mencapai tingkat kinerja karyawan yang tinggi. Mungkin paling tepat bila
tugas dari pengikut memiliki suatu komponen ideologis atau bila
lingkungan melibatkan satu tingkat stress dan ketidak pastian yang tinggi.
b. Teori Kepemimpinan Transformasional
Teori yang menyatakan bahwa pemimpin memberikan pertimbangan dan
ransangan intelektual yang diindividualkan dan yang memiliki karisma.
14
c. Teori Kepemimpinan Transaksional
Merupakan teori yang menyatakan bahwa pemimpin memandu atau
memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan
memperjelas peran dan tuntutan tugas.
d. Teori Kepemimpinan Visioner (Visionary Leadership)
Teori dimana pemimpin memiliki kemampuan untuk menciptakan dan
mengkomunikasikan visi yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik
mengenai masa depan bagi suatu organisasi atau unit organisasi, yang
tumbuh dan menjadi semakin baik di masa sekarang.
2.1.3 Gaya Kepemimpinan
Untuk mensukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin perlu memikirkan dan
memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada pegawainya
(Mulyadi dan Rivai, 2009). Stoner, et al. (1995) memberikan definisi tentang gaya
kepemimpinan yaitu berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam
proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.
Paul Hersey dan K. H Blanchard, 1982 (dalam Marcian 2008) menyebutkan gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku yang dilakukan oleh seseorang pada waktu tertentu
dan berupaya mempengaruhi aktivitas orang lain. Menurut Umar (2004) gaya
kepemimpinan adalah suatu cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu
kepemimpinan dan dapat pula diartikan sebagai norma perilaku yang digunakan
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti
yang ia lihat, dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi diantara orang yang akan
mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan
strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan atau
sasaran yang telah menjadi komitmen bersama (Abdilah, 2011).
15
2.2 Budaya Organisasi
2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi
Untuk memahami kelompok manusia dan masyarakat diperlukan
pengetahuan tentang budaya. Budaya dalam hal ini adalah kehidupan manusia
itu sendiri yang meliputi pikiran, karya dan hasil karyanya. Budaya itu terdiri
dari sesuatu yang tidak bisa diraba seperti nilai, kepercayaan, norma perilaku
dan pola sikap. Keseluruhan disebut intangible things, tidak bisa dilihat,
diamati secara kasat mata. Namun demikian dalam perusahaan keseluruhan itu
merupakan kekuatan yang selalu berada dibelakang kegiatan perusahaan yang
dapat dilihat dan diamati oleh kita.
Budaya perusahaan merupakan energi yang dapat menggerakkan orang-
orang untuk bekerja. Budaya perusahaan sering juga disebut budaya korporat
merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan
digunakan sebagai acuan atau pedoman kerja karyawan. Schein (1985),
berpendapat bahwa budaya korporat mengacu kepada suatu sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu
dengan organisasi lainnya. Sedangkan menurut Robbins (1990), budaya
korporat disebut juga sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan bagi
kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan dan nasabah.
2.2.2 Karakteristik Budaya Organisasi
Ada tujuh karakteristik budaya organisasi sebagai berikut:
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail.
3. Berorientasi pada hasil.
4. Berorientasi pada manusia.
5. Berorientasi tim.
6. Agresif.
7. Stabil (Robbins, 2001).
16
Terdapatnya nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh anggota
organisasi, merupakan hal yang urgen dalam budaya korporat. Nilai-nilai
itu menjadi perekat organisasi untuk mengikat anggota-anggota
organisasi. Ditinjau dari sistem informasi, budaya korporat berguna
sebagai instrumen untuk mempertahankan dan menyebarkan pengetahuan,
kepercayaan, dan tingkah laku. Matsumoto dalam Moeljono (2003),
mendefinisikan budaya korporat sebagai seperangkat sikap, nilai-nilai,
keyakinan dan perilaku yang dipegang oleh sekelompok orang dan
dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian,
budaya korporat tidak hanya menekankan pada sistem nilai-nilai yang
diyakini, tetapi juga diajarkan untuk semua anggota organisasi.
2.2.3 Peran Budaya Dalam Perusahaan
Terdapat lima peran penting dalam budaya perusahaan
1. Budaya memberikan rasa memiliki identitas dan kebanggaan bagi
karyawan, yaitu menciptakan perbedaan yang jelas antara
organisasinya dengan yang lain.
2. Budaya mempermudah terbentuknya komitmen dan pemikiran yang
lebih luas daripada kepentingan pribadi seseorang.
3. Memperkuat standar perilaku organisasi dalam membangun
pelayanan superior pada pelanggan.
4. Budaya menciptakan pola adaptasi.
5. Membangun sistem kontrol organisasi secara
menyeluruh.(Poerwanto, 2008)
Para pendiri perusahaan merupakan faktor penting terbentuknya budaya
awal perusahaan. Mereka membentuk visi dan misi perusahaan yang
akan memberikan bentuk perusahaan. Menurut Schein (dalam Robbins,
1990), budaya perusahaan merupakan hasil dari interaksi antara (1) bias
17
dan asumsi para pendirinya dan (2) apa yang dipelajari oleh para anggota
pertama perusahaan yang dipekerjakan oleh para pendiri, dari pengalaman
mereka sendiri. Budaya perusahaan yang dibangun oleh para pendiri
merupakan jiwa bagi anggota-anggotanya, karena itu perlu contoh atau
keteladanan dari para pendiri kepada anggota organisasi sehingga budaya
yang telah ada dapat menjadi moral dalam menjalankan perusahaan.
Dalam hal ini, pendiri harus mampu membangun komunikasi organisasi
yang dapat dijadikan sebagai instrumen untuk melanggengkan budaya
perusahaan. Budaya perusahaan yang sudah terbentuk, perlu
dipertahankan agar dia tetap hidup. Pemberian pengalaman yang sama
kepada sejumlah pegawai merupakan cara agar budaya perusahaan tetap
eksis. Bentuknya dapat berupa sosialisasi budaya.
2.2.4 Sosialisai Budaya Perusahaan
Robbins (2001), mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan proses
adaptasi karyawan terhadap budaya yang diciptakan organisasi.
Poerwanto (2008), mengemukakan sosialisasi terdiri dari dua tahap
pokok: pembelajaran dan adaptasi.
Tahap pembelajaran adalah waktu karyawan belajar tentang pola
kehidupan organisasi. Karyawan mempelajari berbagai aturan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas serta pola perilakuorganisasional.
Tahap adaptasi merupakan waktu karyawan sudah melakukan
penyesuaian terhadap sistem keorganisasian yang merupakan suatu
proses. Proses adaptasi karyawan dilakukan dengan berbagai cara seperti
keteladanan dari para pemimpin, penokohan yaitu cerita tentang para
pendahulu dalam membesarkan perusahaan, rutinitas, simbol dan slogan
atau kredo.
18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Latar Belakang Perusahaan
Costco Wholesale Corporation (Costco) merupakan salah satu dari beberapa
perusahaan grosir raksasa terbesar yang membedakan dirinya dalam menerapkan
strategi yang unik dalam hal produksi, operasi dan pemasaran. Pendiri Costco
Wholesale adalah Jim Sinegal dan Jeff Brotman pada tahun 1983 yang beroperasi
pertama kali di Seattle, pada tahun yang sama Walmart juga membuka toko Sam’s
Club dengan format membership yang sama.
Setahun beroperasi Costco mampu berkembang menjadi 9 toko di 5 negara
melayani 200.000 anggota. Pada tahun 1985 Costco melakukan go public dan
menjadi perusahaan pertama di Amerika Serikat yang dapat mencapai penjualan
hingga $1 millar kurang dari 6 tahun. Oktober 1993, Costco merger dengan Price
Club dengan Jim Sinegal sebagai CEO nya memimpin 206 lokasi PriceCostco
dengan total penjualan tahunan sebesar $ 16 miliar dollar.
Pada tahun 2016 Costco memiliki total 705 toko di 43 negara bagian Amerika
Serikat dan Puerto Rico (494 lokasi), 9 provinsi di Kanada (90 lokasi), Inggris (27
lokasi), Korea Selatan (12 lokasi), Taiwan (12 lokasi), Jepang (25 lokasi), Australia
(8 lokasi), Spanyol (2 lokasi), dan 36 toko di Mexico dengan joint venture
kepemilikan 50 persen. Jumlah pendapatan tertinggi diraih Costco pada akhir tahun
2015, laporan keuangan Costco membukukan pendapatan sebesar % 163 miliar dan
laba bersih sebesar $ 2,3 miliar. Sekitar 85 juta rumah tangga dan 6,4 juta bisnis
menjadi membership Costco yang menghasilkan pendapatan $ 2,5 miliar dari
membership fee dan penjualan annual dari setiap toko rata rata $146 juta lebih
tinggi dari kompetitornya Sam’s Club dengan penjualan $ 78 juta. Konsep penjualan
dengan membership yang dikembangkan Costco meniru model bisnis yang sudah
dilakukan sebelumnya oleh Price Club yang didirikan oleh Sol Price. Jim Sinegal
sendiri bekerja pada Sol Price sebelum mendirikan Costco dan menerapkan konsep
membership berdasarkan pengalaman-pengalaman selama bekerja di Price Club.
19
Costco meraih peringkat ke-18 dalam daftar Fortune 500. The ACSI (The American
Customer Satisfaction Index) menyatakan Costco menjadi nomor satu di industri
retail dengan skor 84 in 2014. Per Desember 2015, kepemimpinan Costco dikepalai
oleh co-founder Jeffrey H. Brotman, Presiden/CEO W. Craig Jelinek dan CFO
(Chief Financial Officer) Richard A. Galanti.
Misi dari Costco adalah memberikan kualitas barang dan pelayanan terbaik dengan
harga semurah mungkin serta `pelayanan yang baik kepada pelanggan dan menaati
kode etik perusahaan yang terdiri dari memperhatikan pegawai dan pelanggan,
menghargai distributor, bermanfaat bagi shareholders, dan bertanggung jawab pada
warga sekitar dan lingkungan operasi bisnis Costco di seluruh dunia.
3.2 Budaya Organisasi
Dalam mencapai misinya, Costco Wholesale Corporation telah menerapkan
beberapa kode etik. Perusahaan ini mengembangkan divisi struktur organisasi.
Operasi nasional di Amerika Serikat dibagi menjadi tiga divisi yang mencakup
Southwest, Northern / Midwest dan Timur. Setiap divisi memiliki Executive Vice
President-nya sendiri. Segmen tersebut selanjutnya dibagi lagi untuk dipimpin oleh
Senior Vice President. Daerah/wilayah tersebut kemudian dibagi lagi ke beberapa
distrik yang dikelola banyak asisten manajer, manajer umum, dan anggota staf
bawahan lainnya. Struktur organisasi perushaan Costco Wholesale memiliki empat
etika bisnis yang menjadi basis dari budaya organisasinya. Keempat etika bisnis
terebut termasuk mematuhi hukum, menghormati pemasok, mengurus karyawan,
dan mengurus anggotanya. Menurut Burke & Cooper (2008), jika setiap etika ini
diamati, maka tujuan akhir dari perusahaan untuk memberikan untung kepada
pemegang saham akan tercapai. Menurut Arthur & Thompson (2009), ada hubungan
dekat yang terjadi pada saat pembelian langsung dengan produsen pemegang merk
barang dagangan. Hal ini penting agar ketika perusahaan membeli dari sumber-
sumber alternatif lainnya tidak akan merusak operasi perusahaan. Semua karyawan
dibentuk ke dalam tim yang self-managing yang mana mereka merasa menjadi
bagian dari sebuah komunitas yang membantu masyarakat.
20
3.3 Filosofi, nilai dan Kode Etik
Filosofi bisnis, nilai-nilai, dan kode etik Costco seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu dengan, obey the law, take care of our member, take care of our
employee, respect our suppliers, dan reward our shareholder. Bentuk tanggung
jawab Costco pun tidak luput dengan kepeduliannya tehadap lingkungan dan
berusaha menjalankan bisnisnya agar ramah lingkungan.
1. Mematuhi hukum
Budaya organisasi Costco mengakui bahwa hukum tidak dapat dipertanyakan
lagi. Dengan begitu perusahaan akan selalu berusaha untuk mematuhi hukum-
hukum yang berlaku di tempatnya beroperasi dan menghormati pejabat atau
tokoh masyarakat di sekitarnya. Costco mencoba untuk menghargai lingkungan
dan melebihi standar ekologi yang diterapkan. Menurut (Berman, 2011), Costco
juga mematuhi setiap aturan yang berlaku tentang jam dan upah minimum. Di
luar AS, Costco melakukan bisnis dalam cara yang sesuai dengan kebijakan
luar negeri Amerika Serikat. Kode etik yang pertama ini juga melarang
perusahaan dan stafnya untuk menawarkan, memberi, meminta, atau menerima
segala bentuk suap untuk mempercepat regulasi. Costco juga menerapkan
standar pelaporan keuangan atau pelaporan public lainnya yang adil, akurat,
dan komprehensif yang sesuai dengan aturan Securities and Exchange
Commission.
2. Mengurus Anggota
Keanggotaan Costco terbuka untuk umum. Anggota menjadi kunci
keberhasilan Costco. Jika perusahaan gagal membuat anggota nya puas,
perusahaan akan merugi. Ada banyak alternatif belanja bagi anggota tersebut
dan jika perusahaan gagal mendapat kepercayaan mereka, perusahaan tidak
akan bisa bertahan. Anggota tersebut telah memberikan kepercayaan untuk
Costco dengan membayar biaya keanggotaan. Perusahaan akan berhasil hanya
jika perusahaan tidak melanggar kepercayaan yang telah diberikan. Untuk terus
21
mendapatkan kepercayaan tersebut, Costco melakukan beberapa kebijakan di
antaranya :
a. Menyediakan produk-produk berkualitas dengan harga terbaik di pasar.
b. Memberikan produk makanan yang sehat, aman, dan berkualitas tinggi
dengan mengharuskan vendor dan karyawan untuk sesuai dengan standar
keamanan pangan tertinggi dalam industry makanan.
c. Memberikan anggota perusahaan dengan 100% kepuasan yang dijamin
garansi pada setiap produk dan layanan yang dijual, termasuk biaya
keanggotaannya.
d. Setiap produk yang dijual adalah otentik
e. Membuat lingkungan belanja yang menyenangkan dengan membuat
anggota merasa diterima sebagai tamu.
f. Memberikan produk kepada anggota yang ramah lingkungan.
g. Memberikan anggota layanan pelanggan terbaik di industri ritel.
h. Berperan aktif ke masyarakat melalui kesukarelaan karyawan dan
kontribusi perusahaan untuk United Way dan Children’s Hospital.
3. Mengurus Karyawan
Pada tahun 2016 Costco tercatat mempunyai karyawan sebanyak 117.000
karyawan fulltime dan part time. Dengan gaji awal sebesar $10-$12 perjam,
rata-rata karyawan memperoleh penghasilan sebesar $17-$18 perjam ditambah
bonus semesteran. Costco juga member beberapa fasilitas bagi karyawannya
antara lain, fasilitas kesehatan dan perawatan gigi, penebusan resep yang lebih
murah, pembelian alat bantu penglihatan dan lainsebagainya. Costco percaya
bahwa dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan maka usaha mereka
akan berjalan dengan lebih baik.
Costco juga menciptakan linkungan kerja yang sehat dan aman, menantang dan
menyenangkan, bebas diskriminasi, dan menerapkan Open Door Policy
22
sehingga karyawan dapat dengan nyaman berkomunikasi dengan jajaran di atas
nya tentang beberapa permasalahan. Costco juga memiliki sistem promosi
karyawan dengan jenjang karir yang baik sehingga karyawan akan terpacu
untuk bekerja-sebaik- baiknya. Costco benar-benar memperhatikan prestasi
kerja karyawan dalam pemilihan orang-orang yang akan dipromosikan, semua
karyawan memulai karir mereka benar-benar dari bawah sehingga dengan
demikian akan memacu persaingan karyawan untuk bekerja secara lebih baik
untuk memperoleh kesempatan promosi. Kompensasi kepada manajerial pun
sangat baik walaupun demikian jarak penghasilan antara karyawan biasa
dengan manager benar-benar sesuai antara tanggung jawab dan penghasilan
yang mereka peroleh.
4. Hargai Supplier
Costco menyatakan bahwa pemasok adalah mitra dalam bisnis dan bagi Costco,
untuk mencapai kesejahteraan sebagai sebuah perusahaan, pemasok harus
sama-sama makmur bersama dengan perusahaan. Untuk itu, Costco berusaha
untuk:
a. Memperlakukan semua pemasok dan perwakilan pemasok seperti yang
Costco harapkan untuk diperlakukan jika mengunjungi tempat usaha
mereka.
b. Menghormati semua komitmen yang telah dibuat.
c. Melindungi properti semua pemasok yang diamanatkan untuk Costco,
seolah-olah milik sendiri.
d. Tidak menerima gratifikasi dalam bentuk apapun dari pemasok.
e. Hindari konflik kepentingan.
Inti dari filosofi tersebut adalah bahwa baik karyawan maupun manajemen memiliki
tanggung jawab yang sama yakni untuk berlaku jujur dan beretika setiap hari.
Perilaku tidak jujur tidak akan ditoleransi sedikit pun. Costco percaya dengan
23
mengikuti empat prinsip Kode Etik tersebut mereka dapat mencapai tujuan setiap
perusahaan yang telah go public yakni memberi untung kepada pemegang saham.
5. Menghargai Pemegang Saham
Sebagai perusahaan dengan saham yang diperdagangkan secara publik di bursa
saham NASDAQ, pemegang saham adalah mitra bisnis yang penting bagi
Costco:
a. Costco hanya dapat berhasil selama perusahaan dapat memberikan laba
atas uang yang mereka investasikan.
b. Unsur kepercayaan. Pemegang saham mempercayai perusahaan untuk
menggunakan investasi mereka dengan bijak dan untuk mengoperasikan
bisnis sedemikian rupa sehingga menguntungkan,
c. Selama bertahun-tahun Costco telah secara konsisten mengikuti tren yang
meningkat dalam nilai sahamnya. Naik turun pasti ada, tapi secara
keseluruhan dalam tren meningkat.
d. Perusahaan percaya saham Costco adalah investasi yang baik, dan
perusahaan berjanji untuk mengoperasikan perusahaan sedemikian rupa
sehingga pemegang saham yang sekarang dan masa depan, serta karyawan,
akan dihargai dan diuntungkan dengan segala aktivitas perusahaan.
3.4 Pengaruh Budaya Organisasi pada Kinerja
Menurut Arthur & Thompson (2009), budaya organisasi mengatur bagaimana
karyawan berinteraksi baik dalam lingkungan eksternal dan internal. Apabila
karyawan, pemasok dan anggota memiliki budaya organisasi yang sehat, perusahaan
mendorong semua pemangku kepentingan untuk tetap termotivasi dan setia terhadap
tim manajemen. Motivasi ini meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi
secara keseluruhan, dan mengurangi biaya operasi. Budaya Organisasi Costco dalam
melindungi karyawan dan mempromosikan kompetisi internal di antara mereka,
karyawan akan terpacu untuk mengembangkan karir mereka dan kemampuan
24
individual. Karyawan perusahaan yang bekerja dengan sebaik mungkin dalam
rangka untuk melakukan lebih baik daripada rekan-rekan mereka akan mendapatkan
apresiasi dari perusahaan. Arthur & Thompson (2009) menunjukkan bahwa
lingkungan kerja yang sehat, mirip dengan yang dipupuk oleh budaya organisasi
yang Costco, mendorong karyawan untuk berkembang.
Pedoman organisasi perusahaan memungkinkan karyawan untuk bekerja secara
terhormat. Menurut Burke & Cooper (2008), pedoman ini memberikan karyawan
sense of direction dalam organisasi. Setiap karyawan di Costco menyadari peran
atau tanggung jawabnya masing-masing dalam perusahaan. Di samping itu, definisi
yang jelas tentang peran dan tanggung jawab mendorong karyawan untuk mencapai
tugas yang diberikan dalam janga waktu yang ditetapkan.
Budaya organisasi penting untuk menjadi brand image Costco. Hal ini karena
budaya organisasi yang baik tersebut memberikan perusahaan sebuah identitas yang
unik yang menunjukkan perusahaan peduli terhadap pelanggan dan karyawan.
Budaya organisasi dari Costco mendorong semua karyawan dan pemangku
kepentingan pada platform kerja yang sama. Tidak ada yang diabaikan atau
dikesampingkan di tempat kerja dan karyawan diperlakukan sama dengan hormat.
Akibatnya, semua pemangku kepentingan bekerja bersama-sama dalam mencapai
tujuan yang sama. Hal ini juga meningkatkan produktivitas secara keseluruhan
tenaga kerja. Budaya organisasi perusahaan memupuk kerja sama tim yang secara
langsung berhubungan dengan kinerja yang baik di tengah industri pergudangan
yang sangat dinamis dan keras.
Studi juga menunjukkan bahwa budaya organisasi haruslah menyatukan individu
dengan berbagai latar belakang seperti keluarga, ras, agama, sikap dan pendidikan.
Budaya organisasi yang diterapkan Costco tampaknya mewajibkan setiap karyawan
untuk bekerja keras terlepas dari ras atau agama. Seperti budaya organisasi yang
mendorong semua karyawan untuk tepat waktu. Hal ini pada akhirnya
menguntungkan seluruh organisasi. Interaksi yang sehat antara karyawan Costco
mengurangi kebingungan dan secara signifikan mengurangi faktor stress yang sering
25
terjadi di perusahaan lain. Brooks (2006) menyebutkan bahwa budaya organisasi
adalah yang membuat karyawan menjadi sukses secara profesional. Selain itu, aka
nada sedikit hambatan dalam mengadopsi kebijakan jika sebuah perusahaan
memiliki budaya organisasi yang kuat. Karyawan baru akan mencoba untuk
memahami budaya ini. Oleh karena itu, Costco berhasil membuat perusahaan
menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja.
Kebijakan Open Door Policy, seperti yang dijelaskan dalam kode etik perusahaan,
mendorong komunikasi yang efektif antara manajemen dan staf bawahan (Berman,
2011). Karyawan Costco merasa mereka adalah bagian dari perusahaan. Hal ini
karena dukungan yang mereka terima dalam kasus krisis atau konflik. Kebijakan
pintu terbuka yang diadopsi oleh Costco menunjukkan bahwa kantor manajemen
dapat diakses oleh semua karyawan. Hal ini memungkinkan karyawan bebas untuk
mendiskusikan isu-isu yang mempengaruhi kinerja pada forum terbuka.
26
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Costco Wholesale Corporation adalah salah satu membership-only warehouse clubs
yang menyediakan berbagai macam barang dagangan. Costco adalah yang terbesar
wareshouse club chain dunia. Budaya organisasi mengacu pada perilaku bersama
individu yang tersusun dalam sebuah organisasi, dan makna yang terkandung
dalam tindakan mereka. Budaya terdiri dari nilai-nilai organisasi, norma-norma,
visi, bahasa bekerja, simbol, kebiasaan, keyakinan, dan sistem. Beberapa peneliti
juga telah menegaskan bahwa budaya organisasi adalah pola perilaku bersama yang
diajarkan untuk anggota organisasi baru sebagai cara berpikir dan mempersepsikan
sesuatu. Budaya organisasi dapat dilihat dengan dua hal yang setara: sebagai bagian
dari organisasi, atau organisasi itu sendiri.
Kode etik Costco mendefinisikan budaya organisasi. Kode etik yang pertama
adalah mentaati hukum. Kode etik yang kedua yang menjadi ciri khas budaya
organisasi perusahaan adalah mengurus anggota. Para anggota perusahaan adalah
alasan utama mengapa perusahaan mengalami keberhasilan. Kode etik yang ketiga
adalah mengurus karyawan. Karyawan adalah aset yang paling penting dari
organisasi, dan Costco memahami pentingnya karyawan. Yang keempat adalah
menghargau pemasok. Costco menyadari bahwa pemasok adalah adalah mitra yang
penting dalam bisnis. Perusahaan disebut berhasil apabila perusahaan dan pemasok
bersama-sama menjadi makmur dan berhasil. Budaya organisasi di atas yang terlah
diterjemahkan ke dalam kode etik apabila dilaksanakan dengan benar, akan
mencapai tujuan setiap perusahaan yang telah go public, yakni memberikan
keuntungan kepada pemegang saham. Dan Costco tampaknya sudah berhasil
mencapai tujuan tersebut dengan penerapan budaya organisasi yang baik.
27
4.2 Saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain :
a. Kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi meningkatkan kualitas tulisan penulis
b. Kepada rekan-rekan mahasiswa untuk dapat menerapkan budaya
organisasi dan kepemimpinan di segala hal, terlebih dengan jurusan
manajemen, rekan-rekan mahasiswa harusnya dapat lebih mengelaborasi
budaya organisasi sebagai calon pemimpin di sebuah perusahaan
nantinya.
c. Kepada Costco Wholesale agar dapat mempertahankan budaya
organisasi yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, A., & Thompson, J. (2009). Costco Strategy Wareshousing.
https://cours.etsmtl.ca/gol470/Lectures/3.costco strategy wareshousing.pdf. Diakses
pada 4 Mei 2013
28
Costco-IR. (2015). Company profile. http://phx.corporate-
ir.net/phoenix.zhtml?c=83830&p=irol-homeprofile. Diakses 11 Desember 2016.
Kamalia, Arini dkk. (2015). Analisis Kasus Costco Wholesale. Tugas Mata Kuliah
Strategic Management. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Kevin Short. 2013. 11 Reasons To Love Costco That Have Nothing To Do With
Shopping. http://www.huffingtonpost.com/2013/11/19/reasons-love-
costco_n_4275774.html. Diakses pada Sabtu, 10 Desember 2016.
Michael Reiss. 2014. Corporate Culture: How Costco has differentiated itself in the
Retail Industry. https://seelio.com/w/vtr/corporate-culture- how-costco- has-
differentiated-itself- in-the- retail-industry. Diakses pada Jumat, 9 Desember 2016.
Tri Noviantoro. 2014. Analisis Budaya Perusahaan.
https://www.linkedin.com/pulse/20140904062203-154884582- analisis-budaya-
perusahaan-mnc- multinational-corporation- berbasis-jepang- di-indonesia. Diakses pada
4 November 2014.
Gustiawan Widianingrum. 2011. http://dee-mind.blogspot.co.id/2011/01/misi- model-
bisnis-dan- strategi-costco.html?m=1. Diakses pada 2011.
Revina (revinawijaya99@gmail.com). (2016, 15 Desember). Penelitian Costco. E-mail
kepada Ratu Sega Pradita (ratu.segapradita@gmail.com)
http://docshare01.docshare.tips/files/26480/264805907.pdf
Komentar
Posting Komentar