Solo Inspirasi Budaya Jawa

Kota Surakarta, atau yang sering disebut sebagai kota Solo atau Sala merupakan suatu daerah otonom di bawah Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kabupaten yaitu, Kabupaten Karanganyar dan Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo di sebelah timur dan barat serta Kabupaten sukoharjo di sebelah selatan, dan sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dengan sebuah lagu keroncong yaitu “Bengawan Solo”.Dengan keadaan seperti itu membuat kota ini menjadi kota terbesar ketiga setelah kota Bandung dan Malang.
Bersamaan dengan DI Yogyakarta, kota Solo menjadi pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah pada tahun 1755. Kota Solo atau “Sala”          dahulu adalah sebuah dusun yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga dusun yang akan diajukan padanya untuk mendirikan istana yang baru, setelah perang suksesi mataram terjadi di kartasura. Nama sala diambil dari kepala desa Sala pada waktu itu yang bernama Kyai Gedhe Sala atau yang disebut dengan Kyai Sala. Nama inilah yang dipakai hingga saat ini secara luas sehingga memiliki konotasi Kultural.
Pada masa sekarang, kota ini juga diartikan sebagai Kota Surakarta, yang mempunyai makna “Sura” yang berarti Keberanian dari Bahasa jawa dan “Karta” yang berarti sempurna atau penuh. Ketika Indonesia masih menganut ejaan Van Ophuysen, nama kota ini ditulis Soerakarta.  
Lepas dari Sejarah Kota ini, mari kita beralih ke kebudayaan kota solo. Solo merupakan kota yang penuh budaya, sampai-sampai kota ini membuat slogan "Solo, The Spirit of Java”.

                Ya, betul adanya solo merupakan jiwa semangat dalam melestarikan budaya Jawa, kita bisa lihat banyaknya museum yang bisa kita jumpai saat kita mengunjungi kota ini. Bukan hanya Museum saja yang bisa kita jumpai di kota ini, melainkan ada juga event atau atraksi – atraksi lain yang kita bisa kunjungi, untuk lebih update sebelum mengunjungi dan sebagai refrensi rute perjalanan kita selama di solo, kita dapat membuka calendar event kota Solo di http://www.eventsolo.com/.
                Saya sendiri sebagai anak keturunan Jawa sungguh senang bahwa kota ini bisa menjadikan kota yang maju terhadap pelestarian budaya nya sendiri, salah satunya yang bisa kita bahas mulai dari pakaian nya. Budaya Jawa sangat kental dengan yang namanya “Kebaya”, ya kebaya merupakan pakaian tradisional adat jawa yang terkenal setelah Batik yang telah diakui dunia sebagai warisan budaya Indonesia.
                Kebaya merupakan pakaian untuk para wanita. Pada umumnya, kebaya punya model dan gayanya sendiri dari masing – masing daerahnya, namun kebaya Jawa tengah masih berpegang teguh dalam modelnya yang berlandaskan nuansa kerajaan. Dari jaman dahulu, para pejuang wanita kita pun sudah memakai kebaya ini, bisa di ambil contoh sebagai pakaian yang dikenakan pahlawan kita R.A Kartini, beliau dalam setiap foto yang ada selalu atau kebanyakan memakai kebaya, kebaya yang dipakai beliau ialah kebaya khas Jawa tengah.
                Jaman sekarang Kebaya sudah lebih modern, dan selain melestarikan pada negeri sendiri, kita pun berhak untuk memperkenalkan kebaya ini ke dunia luar atau di kancah internasional. Memperkenalkan kebaya di dunia luar nampaknya cukup mudah, kita akhir – akhir ini cukup dibuat kagum kala Desiner ternama Indonesia membawakan desain kebayanya lewat ajang pameran berstandar internasional, seperti yang dikutip dari http://www.tribunnews.com/lifestyle/2013/05/21/desainer-ferry-sunarto-menduniakan-kebaya-lewat-ajang-internasional-ini?.
                Sekarang ini juga sudah cukup sering kita membuat pentas kebudayaan di solo untuk mempopulerkan kebaya ini, kita bisa ambil contoh Pentas Kebaya di Solo Batik Fashion, dalam beberapa kesempatan kita bisa lihat betapa anggunnya Kebaya saat dipakai oleh model yang berjalan di atas panggung pertunjukan kala itu.
                Imbasnya ialah menaiknya penjualan kebaya secara signifikan dan banyak juga para produsen yang memproduksi kebaya secara besar – besaran. Kita bisa pergi ke Pasar klewer yang ada di alamat, Pasar Klewer Los 1 Jalan Doktor Radjiman Solo, Surakarta, Jawa Tengah. Pasar ini buka dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 16.00 petang. Disana kita bisa mendapatkan banyak kios yang berjualan Kebaya atau batik itu sendiri dengan harga yang sangat terjangkau. Pada hakikatnya pasar ini merupakan pusat batik solo.
            Selain daripada pakaian yang diunggulkan, dewasa ini Kota Solo melestarikan budaya nya dengan mengadakan pagelaran budaya di jalan – jalan kotanya. Tercatat sedikitnya 10 acara tiap tahunnya, selain untuk menyembah para leluhurnya bisa dijadikan ajang promosi terhadap turis – turis yang mengunjungi Kota solo. Berikut adalah agenda wajib tiap tahunnya.
1.       Sekaten
        Yaitu perayaan yang dilaksanakan setiap bulan mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Maulud diselenggarakan Grebeg Maulud. Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua minggu. Selama dua minggu ini pesta rakyat diadakan di Alun-alun utara. Pesta rakyat menyajikan pasar malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan akrobat. Pada hari terakhir Sekaten, diadakan kembali acara Grebeg Maulud di Alun-alun Utara.
Rangkaian ritual adat Grebeg Maulud secara lengkap adalah :
a. Tabuhan Gamelan Pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari.
   Memboyong gamelan pusaka dari keraton ke Masjid Agung Solo kemudian menabuh          gending Rambu dan Rangkur sebagai prosesi Pembuka Maleman Sekaten. Ritual ini    dilakukan pada tanggal 5 Mulud (Tahun Jawa). Kedua gamelan terus ditabuh hingga      menjelang pelaksanaan Grebeg Gunungan Sekaten tujuh hari kemudian.
b. Jamasan Meriam Pusaka Kyai Setomi
   Menjamasi (membersihkan) meriam pusaka yang terletak di Bangsal Witono, sitihinggil utara Keraton Kasunanan Surakarta. Dilakukan 2 hari sebelum Grebeg Gunungan Sekaten.
c. Pengembalian Gamelan Pusaka ke dalam Keraton.
  Pagi hari sebelum pemberian sedekah Raja, para abdi dalem keraton memboyong kembali gamelan pusaka dari Masjid Agung.. Gamelan Kyai Guntur Madu langsung dimasukkan ke dalam ruang pusaka, sedangkan Kyai Guntur Sari dibawa ke depan Sasana Sewaka. Kyai Guntur Sari akan dibawa dan ditabuh kembali untuk mengiringi Hajad Dalem Gunungan Sekaten ke Masjid Agung
d. Pemberian sedekah Raja berupa gunungan di Masjid Agung
     Raja Sinuhun Pakoeboewono memberikan sedekah kepada rakyatnya berupa makanan tradisional dan hasil bumi yang disusun dalam bentuk gunungan jaler (laki-laki) dan estri (perempuan). Gunungan ini akan diarak menuju Masjid Agung diiringi oleh seluruh sentana dan abdi dalem, para prajurit serta gamelan Kyai Guntur Sari yang dimainkan sambil berjalan. Gunungan ini akan didoakan oleh ulama Keraton di masjid Agung kemudian dibagikan kepada seluruh warga. Grebeg Gunungan digelar bersamaan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yakni tanggal 12 Mulud (Tahun Jawa).

2.       Tari Bedhaya Ketawang
    Tari Bedhaya Ketawang adalah sebuah tari yang amat disakralkan dan hanya digelar dalam setahun sekali. Konon di dalamnya sang Ratu Kidul ikut menari sebagai tanda penghormatan kepada raja-raja penerus dinasti Mataram.
Asal mulanya tari Bedhaya Ketawang hanya diperagakan oleh tujuh wanita saja. Dalam perkembangan selanjutnya, karena tari ini dianggap sebuah tarian khusus dan dipercaya sebagai tari yang amat sakral kemudian diperagakan oleh sembilan orang.
Berbeda dengan tarian lainnya, Bedhaya Ketawang ini semula khusus diperagakan oleh abdi dalem Bedhaya Keraton Surakarta Hadiningrat. Iramanya pun terdengar lebih luruh (halus) dibanding dengan tari lainnya semisal Srimpi, dan dalam penyajiannya tanpa disertai keplok-alok (tepuk tangan dan perkataan)
Dikatakan tari Bedhaya karena tari ini menyesuaikan dengan gendingnya, seperti Bedhaya Gending Ketawang Ageng (Karya Penembahan Senapati) Bedhaya Gending Tejanata dan Sinom (karya PB IX) Bedhaya Pangkur (karya PB VIII), Miyanggong (karya PB IV), Duradasih (karya PB V), dan lainnya.Siapa sebenarnya pencipta tari Bedhaya Ketawang itu sendiri sampai sekarang memang masih simpang siur.

3.        Kirab Pusaka 1 Suro
Yaitu acara yang ditujukan untuk merayakan tahun baru 1 suro. Rute yang ditempuh kurang lebih sejauh 3 km, yaitu Keraton – Alun-alun Utara – Gladak – Jl. Mayor Kusmanto – Jl. Kapten Mulyadi – Jl. Veteran – Jl. Yos Sudarso – Jl. Slamet Riyadi – Gladak kemudian kembali ke Keraton lagi. Pusaka- pusaka yang memiliki daya magis tersebut dibawa oleh para abdi dalem yang berbusana Jawi Jangkep. Kirap yang berada di depan adalah sekelompok Kebo Bule bernama Kyai Slamet sedangkan barisan para pembawa pusaka berada di belakangnya. Acara ini di selenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran yang dilaksanakan pada malam hari menjelang tanggal 1 suro.

4.        Solo Batik Carnival
adalah sebuah festival tahunan yang diadakan oleh pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama pembuatan kostum. Para peserta karnaval akan membuat kostum karnaval dengan tema-tema yang di tentukan. Para peserta akan mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di jalan Slamet Riyadi. Karnaval ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni sejak tahun 2008.

E.Grebeg Sudiro
   Yaitu perayaan yang diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya Tionghoa-Jawa. Festival yang dimulai sejak 2007 ini biasa dipusatkan di daerah Pasar Gedhe dan Balong (di kelurahan Sudiroprajan) dan Balai Kota Solo.
                Nah, seru bukan mengunjungi Kota solo? Mari kita lestarikan budaya daerah kita dan ikut memajukan perekonomian masyarakat lewat budaya itu sendiri. Terima kasih


Sumber :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan POAC Dalam Kehidupan Sekarang, Esok, Dan yang Akan Datang

KOPERASI PT NASARI INDONESIA

KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI PADA PERUSAHAAN COSTCO WHOLESALE